Hubungan Elon Musk dan Trump, Sekutu yang Sekarang Seteru

Teknologi5 Views

Hubungan Elon Musk dan Trump, Sekutu yang Sekarang Seteru Elon Musk dan Donald Trump, dua sosok paling kontroversial dan berpengaruh dalam lanskap politik serta teknologi Amerika Serikat, dulunya dikenal sebagai sekutu strategis. Namun kini, hubungan keduanya mulai merenggang bahkan mengarah pada konflik terbuka. Apa sebenarnya yang terjadi di balik perubahan hubungan ini? Simak penelusuran lengkapnya berikut ini.

Awal Hubungan: Dari Simpati hingga Kolaborasi

Elon Musk Masuk Lingkaran Trump

Pada awal pemerintahan Donald Trump pada 2017, Elon Musk sempat tergabung dalam dewan penasihat ekonomi presiden. Saat itu, Musk hadir dalam berbagai forum ekonomi strategis di Gedung Putih, membahas isu industri otomotif, energi, dan perubahan iklim.

Kepentingan Bersama di Dunia Industri

Trump yang dikenal sebagai pendukung penguatan manufaktur Amerika melihat Musk sebagai pionir industri dalam negeri, sementara Musk memanfaatkan akses ke pemerintahan untuk memuluskan proyek-proyek Tesla dan SpaceX, termasuk subsidi energi dan insentif kendaraan listrik.

Retaknya Hubungan Akibat Kebijakan Lingkungan

Mundur dari Paris Agreement

Keretakan pertama terjadi saat Trump menarik Amerika Serikat dari Kesepakatan Iklim Paris. Musk, yang vokal terhadap isu lingkungan dan transisi energi, langsung keluar dari dewan penasihat presiden sebagai bentuk protes. “Perubahan iklim nyata dan kita harus mengambil tindakan,” tegas Musk saat itu.

Persimpangan Prinsip Elon

Sejak saat itu, perbedaan prinsip mulai terlihat. Musk memprioritaskan sains, teknologi hijau, dan kebebasan berpikir, sementara Trump lebih sering berpihak pada kebijakan proteksionis, skeptis terhadap sains, dan konservatif dalam pendekatan ekonomi.

Dinamika Politik dan Medsos: Perseteruan Makin Terbuka

Akuisisi Twitter dan Kebijakan Kebebasan Berekspresi

Saat Elon Musk mengakuisisi Twitter (sekarang X), Trump sempat dilarang menggunakan platform tersebut karena pelanggaran kebijakan pasca-kerusuhan Capitol Hill. Musk kemudian memulihkan akun Trump atas dasar kebebasan berekspresi. Namun, Trump tidak kembali aktif di Twitter dan malah fokus pada platformnya sendiri, Truth Social.

Sindiran Balik dari Trump

Pada kampanye 2024, Trump beberapa kali menyindir Musk dalam pidatonya, menyebut sang CEO sebagai orang yang “main dua kaki” dan tidak konsisten secara politik. Musk pun menanggapi lewat platform X dengan cuitan-cuitan sindiran tajam tentang kepemimpinan yang gagal dan gaya politik populis ekstrem.

Elon Perbedaan Visi untuk Amerika

Teknokrasi vs Populisme

Musk, dengan latar belakang teknokrat dan futuris, memimpikan Amerika yang progresif berbasis sains, AI, dan energi bersih. Trump, sebaliknya, mendorong nasionalisme ekonomi dan konservatisme sosial yang terkadang berlawanan dengan pendekatan Musk.

Investasi dan Kebijakan Fiskal

Musk secara terbuka mengkritik rencana belanja negara Trump yang dinilai boros dan tidak fokus pada pembangunan jangka panjang. Ia bahkan sempat mendukung beberapa kandidat independen dan Partai Republik moderat yang berseberangan dengan Trump.

Potensi Dampak pada Pemilu 2024

Musk Sebagai Pengaruh Politik Baru?

Meski bukan politisi, Elon Musk kini memiliki pengaruh besar di kalangan pemilih muda, pengusaha, dan kaum digital native. Ia kerap diminta menyuarakan dukungan atau penolakan terhadap calon presiden tertentu.

Trump Kehilangan Salah Satu Sekutu Terbesarnya Elon

Keretakan ini jelas menjadi pukulan bagi Trump yang awalnya berharap bisa kembali mendapat dukungan dari kalangan teknologi. Tanpa dukungan tokoh besar seperti Musk, Trump harus mencari basis dukungan baru yang lebih stabil.

Elon Dari Sekutu Menjadi Seteru

Hubungan Elon Musk dan Donald Trump mencerminkan bagaimana perbedaan visi dan prinsip bisa mengubah persekutuan menjadi perseteruan. Keduanya kini berdiri di jalur yang sangat berbeda: satu sebagai pengusaha futuristik yang ingin mengubah dunia dengan teknologi, satu lagi sebagai politisi populis yang ingin mengembalikan kejayaan Amerika versi masa lalu. Akankah keduanya kembali berdamai demi kepentingan bersama, atau justru makin bersitegang? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *